Senin, 28 Mei 2012

Pabrik Rokok Harusnya Obati Kanker, Bukan Beri Beasiswa

img
 Tanggung jawab sosial perusahaan khususnya dari industri rokok banyak diwujudkan dalam bentuk beasiswa pendidikan. Di mata para aktivis, industri rokok akan lebih tepat membantu biaya pengobatan kanker daripada membiayai pendidikan.

Salah seorang aktivis menentang pemberian beasiswa pendidikan dari perusahaan rokok adalah Zeby Febrina dari gerakan Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT). Perempuan yang juga seorang aktivis pelestarian komodo ini menuduh, beasiswa dari perusahaan rokok tidak pernah ada yang tulus.

"Bayangkan kalau penerima beasiswa itu sukses lalu jadi hakim atau pejabat. Kalau industri rokok sedang ada masalah, apa tidak terbebani oleh semacam hutang budi?" kata Zeby dalam konferensi pers Tolak Intervensi Industri Rokok di kantor Komnas Perlindungan Anak, Pasar Rebo, Senin (28/5/2012).

Tuduhan Zeby bahwa beasiswa yang diberikan oleh perusahaan rokok selalu ditungganggi kepentingan tertentu bukan tidak berdasar. Tanggung jawab sosial perusahaan (Coprorate Social Responsibility atau CSR) seharusnya diwujudkan pada hal-hal yang berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan oleh industri yang bersangkutan.

Dalam hal ini, industri rokok lebih terkait langsung dengan masalah kesehatan. Berbagai penelitian membuktikan bahwa rokok bisa meningkatkan risiko kanker, sehingga lebih relevan jika perusahaan tersebut mewujudkan tanggung jawab sosialnya dalam bentuk bantuan biaya pengobatan.

"Kalau memang niatnya tulus, harusnya bantu pasien-pasien kanker itu yang di RS Dharmais misalnya. Lagipula beasiswa maupun biaya untuk kegiatan seni-budaya tidak harus dari rokok juga, banyak industri lain yang uangnya banyak," kata Zeby.

Namun Zeby tidak tertarik dengan wacana untuk melarang industri rokok memberikan beasiswa, karena niat baik harus tetap dihargai meski mungkin ada motivasi tertentu di belakangnya. Ia lebih tertarik untuk menyadarkan masyarakat melalui kampanye-kampanye, lalu membiarkan masyarakat menentukan pilihannya sendiri.


sumber: http://www.detik.com

6 komentar:

Berbagi Kreativitas mengatakan...

Kalo Saya melihatnya itu biasa. Biasa dijaman sekarang apa-apa serba politik, parahnya sampai mendarah ke dunia pendidikan. Saya sependapat dengan aktifis "WITT" sobat.

Marezz Template mengatakan...

wahh..ternyata sobat memiliki pendapat yang sama dgn saya!! :)

Thank's 4 visit n Sudah sudi berkomentar di blog saya yang sederhana ini :)

tendou pain mengatakan...

Seharusnya memang seperti diatas.. tapi faktanya sudah begini.^^

Sekaligus Kunjungannya kawan, kami dari segenap fans anime berharap anda membalas follow kami. Terimakasih dan salam selalu kawan blogger.

♥VPie◥♀◤MahaDhifa♥ mengatakan...

. . setujuh7 aq. karena di dunia ini rata^ banyak cowok yang pada merokok juga. bahkan sampe anak dibawah umur sekali pun. jadi mereka^ itu harus ngobatin lah. coba ada hari dimana hari itu gak ada yang merokok dan gak ada yang jualan rokok selama beberapa hari. mungkin itu dapat menurunkan jumlah perokok. contoh nya tiap tanggal berapa gitu hari tanpa asap rokok. tapi kapan ya pemerintah menetapkan nya?!? dari pada bingunk^ masalah rok kan lebih baek perokok tuch. he..86x . .

Marezz Template mengatakan...

@♥VPie◥♀◤MahaDhifa♥ : wahh..ngarep2 bgtu ya gak bisa mbak..soalnya rokok termasuk penyumbang pajak terbesar untuk negeri ini!!

♥VPie◥♀◤MahaDhifa♥ mengatakan...

. . kalo kayak gitu, kenapa isunya negara ini masih punya hutang ya?!? emmmmmmmmm,, . .

Posting Komentar